
Nama dari kendaraan tradisional delman ini diambil berdasarkan nama penemunya, yaitu Charles Theodore Deelman, seorang litografer dan insinyur pada masa Hindia Belanda. Yaitu wilayah koloni Belanda yang diakui oleh hukum de jure dan de facto. Orang Belanda sendiri sering menyebutnya dengan sebutan dos-a-dos yang artinya “Punggung pada punggung” (arti harfiah bahasa prancis). Yaitu sejenis kereta dengan posisi duduk orang yang menumpangi atau menaikinya saling memunggungi. Dari Istilah dos-a-dos tersebut orang pribumi Batavia menyingkatnya menjadi “Sado”.
Untuk mendukung program pariwisata dan pengenalan jenis satwa kepada anak-anak di daerah Kabupaten Sintang, sejumlah LSM menyediakan angkutan wisata dengan naik delman. Angkutan yang sudah populer di daerah Jawa ini banyak mendapat respon dari masyarakat kabupaten Sintang. Sebagian Kendaraan tradisional Delman pada saat ini masih beroperasi di daerah kota terutama pada kawasan Sungai Durian. (swaberita.com)